Mendeteksi Kesombongan
Seorang pria yang bertamu di rumah Sang Kiai tertegun keheranan. Dia melihat Sang Kiyai sedang sibuk bekerja sendiri menyikat lantai rumahnya sampai bersih.
Pria itu bertanya:
“Apa yang sedang Anda lakukan Pak Kiai ?”.
Pak Kiai menjawab:
“Tadi saya kedatangan tamu yang meminta nasehat. Saya berikan banyak nasehat yang bermanfaat. Namun, setelah tamu itu pulang saya MERASA jadi orang Hebat.
Kesombongan saya mulai muncul, karena itu, saya lakukan PEKERJAAN INI untuk membunuh perasaan SOMBONG.”
SOMBONG adalah PENYAKIT yg sering menghinggapi kita semua, benih-benihnya kerap muncul tanpa kita sadari.
Ditingkat PERTAMA:
SOMBONG disebabkan oleh FAKTOR MATERI, di mana kita merasa:
- Lebih KAYA,
- Lebih RUPAWAN, &
- Lebih TERHORMAT daripada orang lain.
Ditingkat kedua:
SOMBONG disebabkan oleh FAKTOR KECERDASAN, kita merasa:
- Lebih PINTAR,
- Lebih KOMPETEN yang PALING BENAR, &
- Lebih BERWAWASAN dibandingkan orang lain.
Ditingkat ketiga:
SOMBONG disebabkan oleh FAKTOR KEBAIKAN, kita sering mendengar diri:
- Lebih BERMORAL,
- Lebih PEMURAH, &
- Lebih TULUS dibandingkan dengan orang lain.
Yang menarik...., Semakin Tinggi tingkat KESOMBONGAN kita, semakin sulit pula kita mendeteksinya.
SOMBONG karena MATERI mudah terlihat, namun SOMBONG karena PENGETAHUAN, apalagi SOMBONG karena KEBAIKAN, SULIT TERDETEKSI, apalagi "SOMBONG KARENA DIRI LEBIH BERTAQWA, LEBIH SHAHIH", itu seringkali hanya berbentuk benih~benih halus di dalam bathin kita..!!
Subhanalloh !!
Segala "pujian" hanya bagi ALLAH SWT, "Kesombongan" hanya milik ALLAH SWT, tidak diperkenankan untuk kita..
Ingatlah dahulu makhluk yang paling taat menyaingi Malaikat tercampak kedalam kehinaan yang sangat, dialah Iblis. Cobalah berusaha setiap hari, kita INTROSPEKSI diri kita karena setiap hal yang baik & yang bisa kita lakukan, semua adalah karena "ANUGRAH ALLAH SWT"
KESOMBONGAN hanya akan membawa kita pada KEJATUHAN yang mendalam. Karena Nabi SAW bersabda: bila masih ada
sebiji dzarah ke"SOMBONG"an dalam hati..tidak akan masuk Syurga..
Tetap BERSABAR, RENDAH HATI sebab KADANG orang yang KITA HADAPI ternyata LEBIH HEBAT dr KITA.
Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang TERHINDAR dari KESOMBONGAN & termasuk dalam orang-orang yang BERSABAR, RENDAH HATI & memperoleh PETUNJUK serta KERIDHOAN ALLAH 'Azza wa Jalla.
Mencetak Geerasi Yang Alim Faqih, Berahlaqul Karimah, Dan Mandiri
Senin, 10 Oktober 2016
Umar ibn Khottob Mencarikan Suami Untuk Putrinya
Lihat pula apa yang dilakukan seorang sahabat Rasul yang kita tidak menyangsikan kemuliaan dan kedudukannya,
Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Ketika putrinya Hafshah radhiyallahu ‘anha menjanda karena ditinggal mati suaminya, Khunais bin Hudzafah As-Sahmi radhiyallahu ‘anhu di Madinah,
‘Umar radhiyallahu ‘anhu mendatangi ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu yang belum lama ditimpa musibah dengan meninggalnya istrinya, Ruqayyah bintu RasulullahiShallallahu ‘alaihi wa sallam, guna menawarkan putrinya kepada ‘Utsman, sekiranya ‘Utsman berhasrat menikahinya.
Namun ternyata ‘Utsman berkata, “Saya akan pertimbangkan urusanku.” ‘Umar pun menunggu beberapa hari.
Ketika bertemu lagi, ‘Utsman berkata, “Aku putuskan untuk tidak menikah dulu dalam waktu-waktu ini.” Karena ‘Utsman telah memberikan isyarat penolakannya untuk menikah dengan Hafshah,
‘Umar pun menemui Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu dengan maksud yang sama, “Jika engkau mau, aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah bintu ‘Umar,” kata ‘Umar. Namun Abu Bakr diam tidak berucap sepatah kata pun. Sikap Abu Bakr seperti ini membuat ‘Umar marah.
Selang beberapa hari, ternyata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminang Hafshah. Betapa bahagianya ‘Umar dengan pinangan tersebut. Ia pun menikahkan Hafshah dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setelah pernikahan yang diberkahi tersebut, Abu Bakr menjumpai ‘Umar dan berkata, “Mungkin engkau marah kepadaku ketika engkau tawarkan Hafshah kepadaku namun aku tidak berucap sepatah kata pun? “
.“Iya,” jawab Umar.
“Sebenarnya tidak ada yang mencegahku untuk menerima tawaranmu. Hanya saja aku tahu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebut-nyebut Hafshah, maka aku tidak suka menyebarkan rahasia Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.
Seandainya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak jadi meminang Hafshah, aku tentu mau menikahi Hafshah,” jawab Abu Bakr menjelaskan. (HR. Al-Bukhari no. 5122)
Jangan Menolak Pinangan Lelaki Shaleh
Jangan Menolak Pinangan Lelaki Shaleh
Apabila di tolak akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar
Kemapanan adalah alasan yang kerap dikemukakan orangtua atau wali kala menerima atau menolak pinangan seorang laki-laki terhadap putrinya.
Mereka berargumen, kemapanan calon suami menjadi kunci utama dari kebahagiaan putrinya.
Bagaimana dengan keteladanan salafus shalih dalam hal ini?
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ
“Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi no. 1084, )
Para pendahulu kita yang shalih, sangat mempermudah urusan pernikahan wanita-wanita yang di bawah perwalian mereka, karena mereka lebih mementingkan sisi agama dan kemuliaan akhlak.
Bahkan bila lelaki yang shalih belum kunjung datang meminang wanita mereka, tak segan mereka tawarkan putri atau saudara perempuan mereka kepada seorang yang shalih.
Al-Qur’an yang mulia telah berkisah tentang tawaran seorang lelaki tua yang shalih di negeri Madyan1 kepada Nabi Musa ‘alaihissalam agar bersedia menikahi salah seorang putrinya:
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لاَ نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ. فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ. فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لاَ تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ. قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَاأَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ اْلأَمِينُ. قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّالِحِينَ. قَالَ ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيَّمَا اْلأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلاَ عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ
“Dan tatkala Musa sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternak mereka) dan di belakang orang banyak itu, ia dapati dua orang wanita yang sedang menghambat (ternak mereka).
Musa bertanya, ‘Ada apa dengan kalian (hingga tidak ikut meminumkan ternak sebagaimana mereka)?’
Kedua wanita itu berkata, ‘Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami) sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternak mereka), sedangkan ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia.’
Maka Musa menolong kedua wanita tersebut dengan memberi minum ternak keduanya. Setelahnya, ia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.’
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita tadi, ia berjalan dengan malu-malu. Ia berkata, ‘Ayahku memanggilmu untuk membalas (kebaikan)mu memberi minum ternak kami.’
Tatkala Musa menemui ayah si wanita dan menceritakan kisah dirinya, ayah si wanita berkata, ‘Janganlah engkau takut. Engkau telah selamat dari orang-orang yang dzalim itu.’
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Wahai ayahku, ambillah orang itu sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sebaik-baik orang yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’
Berkatalah ayah si wanita kepada Musa, ‘Sungguh aku bermaksud menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua putriku ini, atas dasar engkau bekerja denganku selama delapan tahun dan jika engkau cukupkan sampai sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu karena aku tidak ingin memberatkanmu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik’.
Dia (Musa) berkata: ‘Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan’.” (Al-Qashash: 23-28)
''SEMOGA ADA HIKMAHNYA''
Apabila di tolak akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar
Kemapanan adalah alasan yang kerap dikemukakan orangtua atau wali kala menerima atau menolak pinangan seorang laki-laki terhadap putrinya.
Mereka berargumen, kemapanan calon suami menjadi kunci utama dari kebahagiaan putrinya.
Bagaimana dengan keteladanan salafus shalih dalam hal ini?
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ
“Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi no. 1084, )
Para pendahulu kita yang shalih, sangat mempermudah urusan pernikahan wanita-wanita yang di bawah perwalian mereka, karena mereka lebih mementingkan sisi agama dan kemuliaan akhlak.
Bahkan bila lelaki yang shalih belum kunjung datang meminang wanita mereka, tak segan mereka tawarkan putri atau saudara perempuan mereka kepada seorang yang shalih.
Al-Qur’an yang mulia telah berkisah tentang tawaran seorang lelaki tua yang shalih di negeri Madyan1 kepada Nabi Musa ‘alaihissalam agar bersedia menikahi salah seorang putrinya:
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لاَ نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ. فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ. فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لاَ تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ. قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَاأَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ اْلأَمِينُ. قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّالِحِينَ. قَالَ ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيَّمَا اْلأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلاَ عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ
“Dan tatkala Musa sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternak mereka) dan di belakang orang banyak itu, ia dapati dua orang wanita yang sedang menghambat (ternak mereka).
Musa bertanya, ‘Ada apa dengan kalian (hingga tidak ikut meminumkan ternak sebagaimana mereka)?’
Kedua wanita itu berkata, ‘Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami) sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternak mereka), sedangkan ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia.’
Maka Musa menolong kedua wanita tersebut dengan memberi minum ternak keduanya. Setelahnya, ia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.’
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita tadi, ia berjalan dengan malu-malu. Ia berkata, ‘Ayahku memanggilmu untuk membalas (kebaikan)mu memberi minum ternak kami.’
Tatkala Musa menemui ayah si wanita dan menceritakan kisah dirinya, ayah si wanita berkata, ‘Janganlah engkau takut. Engkau telah selamat dari orang-orang yang dzalim itu.’
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Wahai ayahku, ambillah orang itu sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sebaik-baik orang yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’
Berkatalah ayah si wanita kepada Musa, ‘Sungguh aku bermaksud menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua putriku ini, atas dasar engkau bekerja denganku selama delapan tahun dan jika engkau cukupkan sampai sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu karena aku tidak ingin memberatkanmu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik’.
Dia (Musa) berkata: ‘Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan’.” (Al-Qashash: 23-28)
''SEMOGA ADA HIKMAHNYA''
Puasa Muharram / Suro
Assalamu'alaikum wr.wb.
Sekedar Mengingatkan... Jangan Lupa Luuur, Di Bulan Oktober ini Untuk Mengerjakan "Puasa 'Asyuro"
Puasa Tasu'a dan 'Asyuro, Yaitu Tanggal 9 & 10 Muharrom.
Tahun ini 2016, Insya Allah Bertepatan Pada Hari Senin dan Selasa, Tanggal 10 & 11 Oktober 2016.
Keutamaanya: Mengikuti Sunnah dan menghapus dosa setahun yang lalu.
Semoga Allah Ta'ala memudahkan dan mengabulkan... Aamiin.
Keutamaan Puasa Bulan Muharrom
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ . " رواه مسلم 1982
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Puasa yang paling afdhol setelah Romadhon adalah bulan Allah Muharrom.”
[HR. Muslim]
Terutama puasa tanggal 9 (Tasu'a) dan 10 ('Asyuro) Muharrom
قال النبي صلى الله عليه وسلم : " صيام يوم عاشوراء ، إني أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله . "
رواه مسلم 1976
“Puasa hari ‘Asyuro (10 Muharrom), aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu.” [HR. Muslim]
Dari Abu Qotadah Rodhiyallohu ‘Anhu, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Sallam, bersabda :
“ Aku berharap pada Allah dengan puasa ‘Asyuro ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Ibnu Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma berkata:
“Aku tidak pernah melihat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam , berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyuro dan bulan Romadhon.”(HR. Bukhori dan Muslim)
Ibnu Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma berkata:
Ketika Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyuro, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini...?
Mereka menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini.
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam pun bersabda:
“Aku lebih berhak atas Musa daripada kalian“
Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shohabatnya untuk berpuasa. (HR. Bukhori dan Muslim)
Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuuma berkata:
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharrom, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“ (HR. Bukhori dan Muslim)
#BarokallohuLanaaWalakum..... Aamiin.
Sekedar Mengingatkan... Jangan Lupa Luuur, Di Bulan Oktober ini Untuk Mengerjakan "Puasa 'Asyuro"
Puasa Tasu'a dan 'Asyuro, Yaitu Tanggal 9 & 10 Muharrom.
Tahun ini 2016, Insya Allah Bertepatan Pada Hari Senin dan Selasa, Tanggal 10 & 11 Oktober 2016.
Keutamaanya: Mengikuti Sunnah dan menghapus dosa setahun yang lalu.
Semoga Allah Ta'ala memudahkan dan mengabulkan... Aamiin.
Keutamaan Puasa Bulan Muharrom
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ . " رواه مسلم 1982
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Puasa yang paling afdhol setelah Romadhon adalah bulan Allah Muharrom.”
[HR. Muslim]
Terutama puasa tanggal 9 (Tasu'a) dan 10 ('Asyuro) Muharrom
قال النبي صلى الله عليه وسلم : " صيام يوم عاشوراء ، إني أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله . "
رواه مسلم 1976
“Puasa hari ‘Asyuro (10 Muharrom), aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu.” [HR. Muslim]
Dari Abu Qotadah Rodhiyallohu ‘Anhu, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Sallam, bersabda :
“ Aku berharap pada Allah dengan puasa ‘Asyuro ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Ibnu Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma berkata:
“Aku tidak pernah melihat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam , berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyuro dan bulan Romadhon.”(HR. Bukhori dan Muslim)
Ibnu Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma berkata:
Ketika Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyuro, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini...?
Mereka menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini.
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam pun bersabda:
“Aku lebih berhak atas Musa daripada kalian“
Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shohabatnya untuk berpuasa. (HR. Bukhori dan Muslim)
Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuuma berkata:
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharrom, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“ (HR. Bukhori dan Muslim)
#BarokallohuLanaaWalakum..... Aamiin.
Langganan:
Postingan (Atom)